Pembebasan Palestina di Masa Umar Bin Khaththab

Pembebasan Palestina di Masa Umar Bin Khaththab : Panglima Khalid bin Walid & Abu Ubaidillah

Kisah Pertempuran Yarmuk (15 H / 636 M)

Langit Syam tampak merah di musim panas tahun 15 Hijriyah (636 M). Angin gurun bertiup kencang di dataran luas dekat sungai Yarmuk, perbatasan antara Syam dan wilayah Romawi Bizantium.
Di sinilah takdir dua kekuatan besar akan ditentukan.
Pembebasan Palestina di Masa Umar Bin Khaththab : Panglima Khalid bin Walid & Abu Ubaidillah

Latar Belakang

Setelah jatuhnya Damaskus (14 H / 635 M), Kaisar Bizantium Heraclius tidak tinggal diam. Ia mengerahkan pasukan terbesar sepanjang sejarah peperangan dengan kaum Muslimin:
Romawi Timur (Bizantium): sekitar 200.000–240.000 pasukan (terdiri dari Yunani, Armenia, Arab Kristen Ghassan, dan tentara sewaan Eropa). Dipimpin oleh panglima besar Vahan (Bahan) dari Armenia, bersama jenderal lainnya seperti Theodorus (adik Heraclius) dan George.
Kaum Muslimin: sekitar 30.000–40.000 pasukan, dipimpin oleh Khalid bin al-Walid sebagai panglima tertinggi, meskipun secara formal Abu Ubaidah adalah komandan Syam. Atas kebesaran jiwanya, Abu Ubaidah menyerahkan komando lapangan kepada Khalid.
---

⚔️ Hari Pertama

Pagi itu, Khalid mengatur barisan. Ia membagi pasukan menjadi sayap kanan, sayap kiri, tengah, dan kavaleri cadangan.
Sayap kanan: Amr bin al-‘As.
Sayap kiri: Yazid bin Abi Sufyan.
Tengah: Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Syurahbil bin Hasanah.
Kavaleri cadangan: dipimpin langsung oleh Khalid.
Khalid berdiri di tengah pasukan, mengangkat pedang:
> “Wahai kaum Muslimin, di depan kalian surga terbentang. Jangan gentar dengan jumlah mereka. Hari ini kita akan memutus urat nadi Bizantium di Syam!”
Takbir menggema: “Allahu Akbar!”
Pasukan Romawi maju dengan teriakan perang. Gelombang manusia dan kuda menghantam barisan Islam. Pasukan Muslim sempat terdesak.
Namun Khalid mengirim kavaleri cadangan memukul balik sayap Romawi, membuat mereka terhuyung.
---

⚔️ Hari Kedua – Perang Sengit

Bizantium melancarkan serangan penuh. Pasukan Muslim hampir tercerai-berai. Banyak yang mundur ke tenda-tenda di belakang.
Saat itu, para wanita Muslim — termasuk istri-istri dan putri para sahabat — keluar dari tenda dengan tombak dan kayu, memukul pasukan Muslim yang mundur sambil berteriak:
> “Kembalilah ke medan perang, atau biarlah kami yang menghadapi mereka!”
Semangat kembali menyala. Pasukan Muslim menyerang lagi dengan takbir membahana.
---

⚔️ Hari Ketiga – Strategi Khalid

Khalid menyusun rencana cerdas. Ia menyatukan seluruh pasukan berkuda Muslim menjadi satu pasukan kavaleri besar sekitar 8.000 penunggang kuda.
Ia berkata kepada mereka:
> “Hari ini kita akan mematahkan punggung Bizantium. Ikuti aba-abaku, jangan menyerang sebelum aku memberi tanda!”
Ketika Romawi menyerang tengah pasukan Muslim, Khalid memimpin kavaleri besar itu memutari medan perang, menghantam sayap Romawi, lalu memotong jalur mereka ke belakang.
Pasukan Romawi terkepung!
---

⚔️ Hari Keempat – Kemenangan

Pertempuran berlanjut sengit. Vahan berusaha menyusun ulang pasukannya, tapi Khalid tidak memberi kesempatan.
Di tepi sungai Yarmuk, ribuan pasukan Bizantium terdesak ke jurang curam. Banyak yang jatuh atau melompat ke sungai, binasa tanpa perlawanan.
Panglima Vahan tewas. Ribuan tentara Romawi gugur. Dari pihak Muslim, sekitar 3.000–4.000 syuhada jatuh.
---

🏆 Hasil Pertempuran

Kaum Muslimin (40.000) → menang gemilang.
Romawi Bizantium (200.000) → hancur, hampir seluruh pasukan tewas atau tercerai-berai.
Bizantium kehilangan kekuatan utamanya di Syam, tak mampu lagi menguasai Palestina, Damaskus, dan Yerusalem.
Kaisar Heraclius yang berada di Antiokhia hanya bisa berkata lirih:
> “Selamat tinggal, wahai Suriah (Syam). Engkau adalah negeri yang indah, kini telah lepas dari tanganku.”
---
Malam setelah kemenangan, pasukan Muslim menyalakan api unggun di tepi Yarmuk. Abu Ubaidah memandang Khalid dengan mata berkaca-kaca:
> “Demi Allah, engkau benar-benar pedang Allah yang terhunus.”
Khalid menjawab rendah hati:
> “Bukan pedangku, wahai Abu Ubaidah. Ini adalah pertolongan Allah.”
Dan sejak hari itu, Syam terbuka lebar bagi Islam. Jalan menuju Yerusalem pun disiapkan.
---
📍 Pertempuran Yarmuk (15 H / 636 M) adalah titik balik: Islam mematahkan kekuatan Bizantium di Syam untuk selamanya, membuka jalan ke Yerusalem / iliya' pada masa itu 15 H (637 M) dan bahkan Mesir.

Kisah Penyerahan Yerusalem (15 H / 637 M)

Langit Syam masih menyisakan kabut dari Pertempuran Yarmuk (15 H / 636 M). Di sana, pasukan Islam di bawah Khalid bin al-Walid dan para panglima besar lainnya telah menghancurkan kekuatan Bizantium. Kini, satu kota agung berdiri sebagai benteng terakhir kekaisaran Romawi di Syam: Yerusalem (al-Quds, Baitul Maqdis), kota suci bagi Yahudi, Nasrani, dan kelak menjadi kota ketiga tersuci bagi umat Islam.
---

📜 Awal Gerakan Menuju Yerusalem

Khalifah: Umar bin Khattab ra., di Madinah.
Komandan utama di Syam: Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra. (panglima tertinggi setelah Umar mencopot Khalid).
Komandan lapangan: Khalid bin al-Walid, Amr bin al-‘As, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah.
Pasukan: sekitar 20.000–25.000 orang, sisa dari kekuatan besar Yarmuk.
Setelah Yarmuk, para panglima bermusyawarah. Abu Ubaidah berkata kepada Khalid:
> “Wahai Abu Sulaiman (Khalid), kini Yerusalemlah benteng terakhir Romawi. Jika ia jatuh, Syam akan sepenuhnya menjadi bumi Islam.”
Khalid mengangguk, sorot matanya menyala:
> “Demi Allah, aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda tentang keutamaan Syam. Mari kita tuntaskan.”
Maka pasukan Islam pun bergerak menuju Yerusalem.
---

⚔️ Pengepungan Yerusalem

Tahun 15 H / 637 M, pasukan Muslim mengepung kota. Benteng Yerusalem tinggi dan kokoh. Pasukan Romawi dan penduduk Kristen bertahan di dalamnya, dipimpin oleh Patriark agung mereka, Sophronius.
Hari-hari berlalu. Takbir kaum Muslim menggema dari luar tembok, sementara lonceng gereja berdentang di dalam.
Thomas, menantu Kaisar Heraclius, berkata kepada rakyatnya:
> “Kaisar telah mundur ke Konstantinopel. Kita sendirilah yang harus bertahan. Tapi lihatlah, kota-kota di sekitar kita telah jatuh. Sampai kapan kita mampu menahan gelombang ini?”
Patriark Sophronius menjawab lirih:
> “Aku tahu ini adalah takdir. Tapi kota suci ini hanya akan kuserahkan dengan syarat: kepada khalifah mereka sendiri. Aku ingin pemimpin besar mereka yang datang, bukan sekadar panglima.”
---

📩 Utusan ke Madinah

Abu Ubaidah menerima kabar itu. Ia mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab ra. di Madinah.
Isi suratnya:
> “Wahai Amirul Mukminin, penduduk Yerusalem tak akan menyerahkan kunci kota kecuali kepadamu sendiri. Datanglah ke Syam agar kemenangan ini sempurna.”
Umar membaca surat itu dengan hati bergetar. Ia lalu beristikharah dan memutuskan berangkat.
---

🐪 Perjalanan Umar ke Yerusalem

Khalifah Umar bin Khattab ra. berangkat dari Madinah hanya ditemani satu pelayan dan seekor unta. Mereka bergantian menunggang unta — sekali Umar menunggang, sekali pelayannya menunggang. Tidak ada iring-iringan mewah, hanya pakaian sederhana yang sudah tambal sulam.
Ketika mendekati Syam, rombongan Muslim menyambutnya. Para panglima besar, Abu Ubaidah, Khalid, Amr bin al-‘As, menyongsongnya dengan pakaian perang yang gagah.
Namun Umar menolak kemewahan. Ia berkata:
> “Kita adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain Islam, niscaya kita akan hina.”
---

🏰 Penyerahan Yerusalem

Di depan gerbang kota, Patriark Sophronius keluar dengan jubah kebesarannya. Ia terkejut melihat sosok Umar: pakaian sederhana, tanpa pengawal megah, wajahnya penuh wibawa.
Sophronius berkata:
> “Engkaukah benar Amirul Mukminin?”
Umar menjawab singkat:
> “Akulah Umar ibn al-Khattab.”
Patriark lalu menyerahkan kunci kota kepadanya, dengan perjanjian damai:
Jiwa penduduk aman.
Gereja tidak dihancurkan.
Orang-orang Kristen bebas beribadah.
Mereka hanya membayar jizyah sebagai tanda perlindungan.
Umar menerima perjanjian itu. Ia masuk ke kota Yerusalem bersama Abu Ubaidah, Khalid, dan para sahabat.
---

🕌 Umar di Baitul Maqdis

Ketika tiba di Al-Haram al-Syarif (kawasan masjid al-Aqsa sekarang), Umar mendapati reruntuhan dan kotoran menutupi area itu karena dibiarkan Bizantium. Dengan tangannya sendiri, Umar membersihkan tempat itu, diikuti para sahabat.
Di sebuah tempat, ia membentangkan jubahnya di tanah dan sujud. Itulah awal dari Masjid Umar, yang kelak menjadi bagian kompleks Masjid al-Aqsa.
---

✨ Penutup

Yerusalem kini berada dalam naungan Islam, bukan melalui darah dan api, tapi melalui perjanjian dan keadilan. Penduduk kota menyaksikan langsung: khalifah Muslim datang tanpa kemegahan, hanya dengan iman dan ketakwaan.
Abu Ubaidah berkata kepada Umar di malam itu:
> “Engkau benar-benar telah menaklukkan hati mereka, wahai Amirul Mukminin.”
Umar menjawab lirih:
> “Bukan aku, tapi Islamlah yang menaklukkan dunia.”
Dan gema takbir kembali membelah langit Yerusalem, kota yang kini menjadi rumah bagi tiga agama samawi.
---
📍 Jadi, Yerusalem ditaklukkan pada 15 H / 637 M, dengan Abu Ubaidah sebagai panglima, Umar bin Khattab sebagai khalifah yang datang langsung, dan pasukan Muslim sekitar 20–25 ribu orang. Penyerahan terjadi dengan damai, bukan penjarahan.
To Top